Arsip untuk April, 2013

800px-superpowers_in_world2

EDISI : 029

Pengasuh  : Prof.DR.H.Salim Bajri

assalamuallaikum wr wb…..

Kerusakan moral dan semua bentuk kemaksiyatan serta kezaliman yang sedang menimpa Negara kita, sebagaimana yang telah dimuat pada edisi 028 sifat jahiliyah di abad ke 20 sudah mulai Nampak. Kalau umat tidak segera bertaubat Allah swt mengancam akan menghancurkan negeri itu, surat Al-Isra ayat 16, karenanya kaum muslimin harus benar-benar yakin akan berbagai janji Allah dalam al-Qur’an, dari sekian banyak janji Allah antara lain, Allah berjanji, kalau penduduk negeri benar-benar beriman dan taqwa, Allah akan menurunkan barokah dari langit dan bumi. Surat Al-A’raf ayat 96, sebagaimana yang telah dimuat pada edisi 027. Sebenarnya kerugian yang sangat besar, seseorang telah mendapat hidayah menjadi muslim, kalau tidak meningkatkan menjadi mu’min. Karena besar kemungkinan, kalau stagnan menjadi muslim saja, derajatnya bisa turun menjadi fasik, karena sering melupakan peringatan Allah Qs. Al-Hasyar (59:19)

وَلا تَكونوا كَالَّذينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسىٰهُم أَنفُسَهُم ۚ أُولٰئِكَ هُمُ الفٰسِقونَ

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”.

Jelas sekali perbedaannya antara muslim dan mu’min, kalau muslim, pada umumnya orang suka mengatakan Islam keturunan, pengamalannya bersifat tradisional, tidak memahami tentang ajaran Islam. Kalau mu’min yakin benar tentang ajaran Islam yang terdapat dalam Alqur’an dan hadits yang shahih, sehingga perilaku dan pengalamannya bersifat Islami yang tidak terlepas dari bimbingan wahyu Ilahi dan hadits yang shohih. Tidak mudah terbawa arus dan situasi karena orang-orang yang beriman sudah mempunyai pegangan yang teguh. Tidak mudah ikut-ikutan orang banyak, karena ikut-ikutan orang banyak bisa menyesatkan. (Qs. Al-An’am (6: 116).

وَإِن تُطِع أَكثَرَ مَن فِى الأَرضِ يُضِلّوكَ عَن سَبيلِ اللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِن هُم إِلّا يَخرُصونَ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti peraduga belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”.

Dalam ayat ini cukup jelas, pengamalan kebanyakan orang, bisa menyesatkan dari jalan Allah, karena pengamalan mereka bersifat praduga, bukan dari dalil Alqur’an atau hadits yang shahih. Karenanya kita bisa memperhatikan amalan umat Islam sebahagian besar tidak Islami, sehingga tidak bisa dibedakan pengamalan muslim dan non Islam. Siapa yang suka korupsi, siapa yang suka meminum minuman keras, siapa yang suka menelan narkoba, siapa yang suka berjudi, siapa yang suka berzina, dan lain sebagainya. Kalau dilihat KTPnya Islam, orang-orang semacam ini yang merusak Citra Islam. Inilah yang menjadi cemoohan orang-orang non Islam, bahwa Islam itu dianggap jelek karena perilaku yang dilakukan umat Islam. Mereka orang-orang non Islam, jarang mempelajari ajaran agama Islam, tetapi mereka hanya melihat realita perilaku penganutnya. Namun, kalau sejak kita merenung, muslim yang berbuat buruk itu, dahulunya anak-anak didik, jadi yang salah itu para pendidiknya, apakah itu guru, ustadz, atau kiyai, mengajarkan ngaji, hanya sekedar ngaji. Seharusnya kajian agar memahami artinya dan bisa mengamalkan isinya karena al-Qur’an itu hudan (petunjuk), membimbing kearah ke imanan dan menjauhkan perbuatan buruk. Karena pendidikannya bersifat tradisional, bersumber dari tradisi dan hawa napsu, maka hasilnya mereka menjadi orang-orang fasik Qs. Al-Maidah (5:49)….

وَأَنِ احكُم بَينَهُم بِما أَنزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِع أَهواءَهُم وَاحذَرهُم أَن يَفتِنوكَ عَن بَعضِ ما أَنزَلَ اللَّهُ إِلَيكَ ۖ فَإِن تَوَلَّوا فَاعلَم أَنَّما

يُريدُ اللَّهُ أَن يُصيبَهُم بِبَعضِ ذُنوبِهِم ۗ وَإِنَّ كَثيرًا مِنَ النّاسِ لَفٰسِقونَ

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”.

 Dalam ayat tersebut diatas Allah swt akan menimpakan berbagai bencana karena berbagai kemaksiyatan yang mereka lakukan. Berarti di negeri yang subur ini barokahnya diangkat diganti dengan bencana demi bencana, maka penduduknya akan hidup menderita, sesuai firman Allah surat Al-A’raf 96.

Sejenak kita mengingat sejarah, dikala proklamasi kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 plus di dalamnya piagam Jakarta, diberlakukan syariat Islam bagi para pemeluknya. Tetapi selanjutnya dibatalkan karena permintaan kelompok tertentu. Kalau sejak itu piagam Jakarta diberlakukan, sebahagiaan besar Umat Islam di Negara kita sekarang sudah menjadi orang-orang beriman dan taqwa. Sedangkan Negara kita adalah penganut Islam terbesar di dunia, dan hasil alamnya melimpah karena sumber daya manusianya telah beriman, hasil alampun wutuh, karena tidak ada korupsi dan kemaksiyatan, maka Negara kita akan menjadi super power, baldatun toyyibatun waRabbun ghafur negeri yang subur, aman, tentram dan damai. Qs. Saba (34: 15).

كُلوا مِن رِزقِ رَبِّكُم وَاشكُروا لَهُ ۚ بَلدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفورٌ

“……Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.

Bersambung ………

Ikuti KAJIAN TAFSIRnya DI HARI JUM’AT MALAM & SABTU PAGI di

MAJLIS TA’LIM “ASY-SYAFI’I”

Jl. Pekarungan Panjunan Cirebon Telp. (0231) 203854 HP. 082116222138

 

EDISI          :  030

Pengasuh : Prof.DR.H.Salim Bajri

assalamuallaikum wr wb…..

ilustrasi-intimidasiPada umumnya sebahagian besar ummat Islam tidak menyadari, kalau penjajah Belanda mengadakan intimidasi tentang pemahaman ajaran Agama Islam. Penjajah Belanda membolehkan umat Islam ngaji di masjid-masjid atau surau-surau, tapi sekedar ngaji, tidak boleh mengkaji untuk memahami artinya, agar umat Islam setatis, pasrah nerima adanya keadaan semacam itu menjadi biasa, sampai sekarang umat Islam sekedar ngaji, tapi tidak mengkaji, karenanya sebahagian besar umat Islam awam dalam memahami ajaran Islam, dan tidak tumbuh iman. Memang sifat orang-orang kafir, selalu berusaha, agar umat Islam menjadi umat yang lemah, maka dibendung dari jalan Allah. Qs. Muhammad (47:1)

الَّذينَ كَفَروا وَصَدّوا عَن سَبيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعمٰلَهُم

“Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka”..

Penjajah tahu benar, kalau umat Islam memahami arti al-Qur’an, pasti akan berontak karenanya mampu menjajah selama + 350 tahun. Senouck Hurgronye berpura-pura memeluk Islam, namanya diganti Abdul Ghafur bermukim di Mekah, mempelajari tentang Islam. Secara kebetulan ada seorang ulama besar bernama Syaekh Muhammad bin Abdul Wahab sedang mengajak umat Islam kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits, secara otomatis kalau isi al-Qur’an dan Hadits diungkap akan memberantas bid’ah, khurafat dan kemusyrikan. Senouck Hurgronye menganggap ajaran ini membahayakan penjajahan di Indonesia, maka ia segera kembali ke Indonesia, mengisukan awas ada ajaran yang membahayakan yang bernama Wahabi. Isu ini dilanjutan sampai sekarang, kalau ada muslim yang kembali kepada al-Qur’an dan Hadits, diberi predikat Wahabi. Orang yang diberi predikat Wahabi harus merasa bangga, Karena sudah diakui seteril dari bid’ah, khurafat, dan kemusyrikan. Mudah-mudahan itu merupakan do’a untuk menjadi ahli surga, karena sepenuhnya telah mengikuti ajaran Allah dalam al-Qur’an dan ajaran Rasul dalam Hadits yang shahih, murni tidak ada lagi tambahan-tambahan dari otak-otak manusia. Muslim yang benar-benar patuh kepada Allah dan Rasul, dan tidak menambah-nambah lagi ajaran Agama Allah, ruhnya akan diberi kenikmatan bersama ruh para Nabi dll. Qs. An Nisa (4:69).

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسولَ فَأُولٰئِكَ مَعَ الَّذينَ أَنعَمَ اللَّهُ عَلَيهِم مِنَ النَّبِيّۦنَ وَالصِّدّيقينَ وَالشُّهَداءِ وَالصّٰلِحينَ ۚ وَحَسُنَ أُولٰئِكَ

رَفيقًا

“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah (al-Qur’an) dan RasulNya (Hadits yang shaih), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya”.

Kalau memperhatikan ayat tersebut diatas, Allah swt akan memberikan kenikmatan bersama kenikmatan ruh-ruh para Nabi (surga) kepada orang-orang beriman yang hanya patuh kepada Allah dan RasulNya. Karena Islam, mutlak perogram Allah swt, dan untuk melaksanakan perogramNya, Allah hanya memperintahkan RasulNya saja, Nabi Muhammad saw, tidak kepada yang lainnya. Karenanya ulama sebesar apapun kalau akan menjelaskan al-Islam, harus mengambil rujukannya dari Allah (al-Qur’an) dan Rasul (al-Hadits yang shahih). Kalau tidak ada rujukan dari kedua ini, bukan ajaran Islam, itulah yang sering dikatakan bid’ah khurafat dan kemusyrikan. Jadi setiap muslim yang mengamalkan, amalan-amalan ke Islaman yang bukan dari Allah dan Rasul tertolak dan hukumnya berdosa, Allah murka, karena hambaNya telah berani mengacak-acak perogram Allah swt yang maha tahu, berarti pula telah berbuat dusta kepada Allah, dan zalim. Qs. Al A’raf (7:3-4-5).

اتَّبِعوا ما أُنزِلَ إِلَيكُم مِن رَبِّكُم وَلا تَتَّبِعوا مِن دونِهِ أَولِياءَ ۗ قَليلًا ما تَذَكَّرونَ ﴿٣﴾ وَكَم مِن قَريَةٍ أَهلَكنٰها فَجاءَها بَأسُنا بَيٰتًا

(أَو هُم قائِلونَ ﴿٤﴾ فَما كانَ دَعوىٰهُم إِذ جاءَهُم بَأسُنا إِلّا أَن قالوا إِنّا كُنّا ظٰلِمينَ   (٥

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu (al-Qur’an) dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: “Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang zalim”.

Semua kaum muslimin yakin, ajaran Islam hanya dari dua sumber al-Qur’an dan al-Hadits, mengapa akhirnya banyak penyimpangan, ini tiada lain akibat sebahagian besar dunia Islam dijajah oleh dunia barat yang kafir, terjadi intimidasi. Sehingga umat Islam melaksanakan ajaran Islam apa adanya, ada yang dari tradisi sisa-sisa agama terdahulu, ada yang dari selera hawa nafsu dll. Akhirnya tumbuhlah berbagai upacara ibadah di tengah-tengah umat Islam yang tidak tahu dalil asal usulnya, mari sama-sama kita mengadakan seleksi, sebelum malaikat Izroil menjemput kita, kalau itu benar bisa dilanjutkan terus, asalkan kita sama-sama telah mendapatkan dalilnya dari al-Qur’an atau Hadits yang shahih, karena itu ibadah, semua ibadah harus berdalil. Menurut ilmu ushulul Fiqhi:

الأصل في العبادة ممنوع حتى يكون الدليل على الأمر

 “Pada dasarnya ibadah dilarang , kecuali ada dalil yang memerintahkan kearah itu”.

 

Bersambung ……

Ikuti KAJIAN TAFSIRnya DI HARI JUM’AT MALAM & SABTU PAGI di

MAJLIS TA’LIM “ASY-SYAFI’I”

Jl. Pekarungan Panjunan Cirebon Telp. (0231) 203854 HP. 082116222138

 

program-membaca-alquran-dan-pemahaman-terjemahannya-

EDISI : 028

Pengasuh : Prof.DR.H.Salim Bajri

assalamuallaikum wr wb…

            Kalau memperhatikan kondisi dan keadaan umat jahiliyah sebelum memeluk Islam, sebagaimana telah dimuat pada edisi 027 top buruknya dalam segala hal. Tetapi setelah memeluk Islam, hatinya diisi oleh wahyu Ilahi, berarti dicuci dan dibersihkan dari berbagai kekotoran, maka kembali menjadi fitrah, kemudian tumbuh menjadi iman. Maka sikap dan perilakunya berubah 180 drajat bersifat Qu’ani, memang perubahannya terhitung cepat.   Al-Qur’an  turun dengan  bahasa  Arab  dan  mereka  orang  Arab,  maka  begitu  mereka  mendengar  ayatal-Qur’an langsung memahami dan minat, maka hidayah masuk. Qs. Al-Baqarah (2:213).

 فَهَدَى اللَّهُ الَّذينَ ءامَنوا لِمَا اختَلَفوا فيهِ مِنَ الحَقِّ بِإِذنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهدى مَن يَشاءُ إِلىٰ صِرٰطٍ مُستَقيمٍ

 “….Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”

Karenanya membaca al-Qur’an harus dengan terjamah. Maka hidayah akan masuk, kalau hidayah masuk, iman akan tumbuh dan siap isi al-Qur’an  dijadikannya bimbingan hidup. Dalam waktu yang tidak lama, Nabi Muhammad saw membimbing umat dengan wahyu Ilahi, bukan saja menumbuhkan iman, tetapi memajukan segala bidang kehidupan. Yang semula bersifat statis, setelah dibina wahyu Ilahi, tumbuh semangat yang tinggi (ruhul jihad), masing-masing merasa bertanggung jawab untuk membawa misi agama Allah, dengan menggunakan ilmunNya Allah yang diperoleh dari al-Qur’an. Qs. Hud (11:14

فَإِلَّم يَستَجيبوا لَكُم فَاعلَموا أَنَّما أُنزِلَ بِعِلمِ اللَّهِ وَأَن لا إِلٰهَ إِلّا هُوَ ۖ فَهَل أَنتُم مُسلِمونَ 

“Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”               

                Al-Quran diturunkan dengan ilmuNya Allah, jangan heran bagi hambaNya yang mengikuti bimbingan wahyuNya akan cerdas dan maju dalam segala bidang. Para shahabat Nabi dilanjutkan tabiit-tabiin, pada saat itu belum ada penerangan listrik, juga belum ada kemajuan teknologi, tapi sudah mampu menerbitkan kitab-kitab tebal berpuluh-puluh jilid. Juga pada saat itu,  sudah mampu membawa misi Islam ke daratan India, terus ke timur daratan Tiongkok,  ke barat ke Afrika, ke Spanyol sampai ke daratan Prancis. Dan pada saat itu dunia Islam telah tumbuh mercu suar ilmu pengetahuan, di barat di Andalusia, di timur di Baghdad.

             Dunia barat masih tidur, bahkan mereka menimba ilmu pengetahuan dari dunia Islam. Maka umat Islam masih memiliki modal besar, ya’ni al-Qur’an yang masih asli yang telah dibuktikan kecanggihannya oleh Rasulullah, para shahabat, dan tabiit-tabiin. Para Malaikatpun yang kerjanya naik turun dari langit ke bumi, tetap mengharapkan ilmunya dari Allah swt. Qs. Al-Baqarah (2:31-32-33).

وَعَلَّمَ ءادَمَ الأَسماءَ كُلَّها ثُمَّ عَرَضَهُم عَلَى المَلٰئِكَةِ فَقالَ أَنبِـٔونى بِأَسماءِ هٰؤُلاءِ إِن كُنتُم صٰدِقينَ ﴿٣١﴾ قالوا سُبحٰنَكَ لا عِلمَ

لَنا إِلّا ما عَلَّمتَنا ۖ إِنَّكَ أَنتَ العَليمُ الحَكيمُ ﴿٣٢﴾ قالَ يٰـٔادَمُ أَنبِئهُم بِأَسمائِهِم ۖ فَلَمّا أَنبَأَهُم بِأَسمائِهِم قالَ أَلَم أَقُل لَكُم إِنّى أَعلَمُ

غَيبَ السَّمٰوٰتِ وَالأَرضِ وَأَعلَمُ ما تُبدونَ وَما كُنتُم تَكتُمونَ ﴿٣٣﴾

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!. Mereka (Malaikat) menjawab: Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka (Malaikat) nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka (Malaikat) nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”

                 Ilmunya Allah meliputi semua yang ada dalam alam, di langit, di bumi, di dunia sampai akhirat. Namun sayang umat Islam tidak mau mengkaji isi al-Qur’an dan mengambil manfaat darinya agar menjadi umat yang maju dalam segala hal kehidupan. Masih ada umat Islam yang menjadikan al-Qur’an sebagai jimat diletakan diatas kastok, pola hidup kesehariannya bersifat tradisional, tidak bersifat Qur’ani. Akibatnya terjadi berbagai keburukan, merajalelanya korupsi, penipuan, perzinahan, pemabukan, perjudian, homosex, kekejaman, perkelahian antar kampung, suku dan pelajar. Sudah mulai Nampak kembalinya sifat jahiliyah di abad ke 20. Kalau umat sudah banyak melanggar larangan Allah (berbuat maksiyat) merupakan pertanda akan terjadi bencana besar dan khwatir akan dihancurkannya negeri itu. Qs. Al-Isra (17:16).

وَإِذا أَرَدنا أَن نُهلِكَ قَريَةً أَمَرنا مُترَفيها فَفَسَقوا فيها فَحَقَّ عَلَيهَا القَولُ فَدَمَّرنٰها تَدميرًا

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

Bersambung

Ikuti KAJIAN TAFSIRnya DI HARI JUM’AT MALAM & SABTU PAGI di

MAJLIS TA’LIM “ASY-SYAFI’I”

Jl. Pekarungan Panjunan Cirebon Telp. (0231) 203854 HP. 082116222138

 

EDISI 027

Pengasuh : Prof.DR.H.Salim Bajri

assalamuallaikum wr wb….

quran-wayoflifeSebahagian besar orang beranggapan, Jahiliyah adalah faham primitip, itu kekeliruan yang besar. Faham jahiliyah sebagaimana telah dimuat pada edisi 025, adalah bersifat bodoh dari yang hak (wahyu Ilahi). Sebelum
Nabi Muhammad saw diutus menjadi Rasul, faham jahiliyah merajalela. Dari segi keagamaan merajalelanya kekafiran, bid’ah, khurafat dan kemusyrikan, dari segi moral, merjalelanya perzinahan, pemabokan, perjudian dan semua bentuk-bentuk kemaksiyatan, dari segi ukhuwah terjadinya perpecahan dan permusuhan antar kabilah, dari segi ekonomi  digolongkan Negara miskin. Adapun dari segi ilmu pengetahuan pada umumnya, merekapun sudah agak memahami, sudah tahu cara bernegaran, membuat uang, berdagang antar pulau, bahkan antar negara, mereka juga sudah membuat Qanun (undang-undang), hasil produk akal pikirannya. Tetapi setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, pada awalnya mereka menolak ayat-ayat Allah dengan sikap sombong. Setelah ayat-ayat Allah turun berkelanjutan selama + 23 tahun, disamping sedikit demi sedikit mewarnai qalbu mereka, juga memperhatikan sikap Nabi dan para shahabatnya yang telah beriman, mempunyai sifat yang tegas dan jelas. Qs. Al-Fath (48:29)

مُحَمَّدٌ رَسولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذينَ مَعَهُ أَشِدّاءُ عَلَى الكُفّارِ رُحَماءُ بَينَهُم ۖ تَرىٰهُم رُكَّعًا سُجَّدًا يَبتَغونَ فَضلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضوٰنًا ۖ    

…… سيماهُم فى وُجوهِهِم مِن أَثَرِ السُّجودِ

 “ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud”.

Nabi Muhammad saw beserta para shahabatnya yang telah beriman setelah dadanya penuh berisi wahyu Ilahi  maka tumbuh sifat tegas, bisa membedakan yang hak dengan yang bathil. Bersikap keras kepada kekafiran, kefasikan, kemunafikan dan kemusyrikan, tidak sedikitpun mentolelirnya. Namun sebaliknya  selalu mentolelir yang baik-baik dan sangat kasih sayang kepada sesama yang seiman  Islam. Inilah kehebatan ayat-ayat Allah yang bisa merubah sikap dan hati seseorang walaupun telah membatu ratusan tahun, dalam kurun waktu + 23 tahun bisa merubah secara total dalam segala hal. Asalkan setiap indifidu mendambakan yang hak, dan tidak taklid buta kepada pendahulunya, serta mau memperhatikan isi wahyu Ilahi, dengan niat mengamalkannya, bukan sekedar mendengar ghina dan lagunya saja. Qs. Al-An’am (6:88).

ذٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهدى بِهِ مَن يَشاءُ مِن عِبادِهِ ۚ وَلَو أَشرَكوا لَحَبِطَ عَنهُم ما كانوا يَعمَلونَ

 “ Itulah Al-Qur’an petunjuk Allah, yang dengannya  Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”.

            Jadi  jelas wahyu Ilahi yang terhimpun dalam al-Qur’an 30 juz, bisa memberi hidayah kepada siapapun  hamba-hamba Allah  yang berminat, baik manusia ataupun jin, dengan syarat baik dalam hati  maupun amalannya  tidak terselip sedikitpun  perbuatan  syirik, kalau terselip, maka semua amalannya akan sirna dan hidayah serta iman  tidak akan masuk kedalam hati. Q.s. Al-Ahqof (46:29-30).

(وَإِذ صَرَفنا إِلَيكَ نَفَرًا مِنَ الجِنِّ يَستَمِعونَ القُرءانَ فَلَمّا حَضَروهُ قالوا أَنصِتوا ۖ فَلَمّا قُضِىَ وَلَّوا إِلىٰ قَومِهِم مُنذِرينَ ﴿٢٩

( قالوا يٰقَومَنا إِنّا سَمِعنا كِتٰبًا أُنزِلَ مِن بَعدِ موسىٰ مُصَدِّقًا لِما بَينَ يَدَيهِ يَهدى إِلَى الحَقِّ وَإِلىٰ طَريقٍ مُستَقيمٍ ﴿٣٠

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: “Hai kaum Kami, sesungguhnya Kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus”
Dalam ayat tersebut diatas bukan saja manusia jahiliyah yang memeluk Islam dan beriman, tetapi jin-jin pun  beriman  setelah  mendengar  Wahyu Ilahi, dan mengakui  ayat-ayat Allah tersebut memberi petunjuk kearah jalan yang lurus. Sehingga pada saat itu dalam waktu yang singkat + 23 tahun, kondisi dan keadaan berubah 180 drajat, Makah dan Madinah bersih dari bi’ah, khurafat, kemusyrikan dan kekafiran, dari Daarul kufri berubah menjadi Daarul Islam. Dan Allah berjanji kalau umat dan pimpinannya beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan barokah dari langit dan Bumi, dan sejak itu sampai sekarang Mekah dan Madinah termasuk subur makmur, aman dan damai (padahal negeri itu padang pasir dan gersang). Qs. Al-A’raf (7:96).
وَلَو أَنَّ أَهلَ القُرىٰ ءامَنوا وَاتَّقَوا لَفَتَحنا عَلَيهِم بَرَكٰتٍ مِنَ السَّماءِ وَالأَرضِ وَلٰكِن كَذَّبوا فَأَخَذنٰهُم بِما كانوا يَكسِبونَ 
“ Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”
Dan faktor penyebab apa? Alqur’an di Negara kita sudah berusia ratusan tahun, tapi tidak bisa menghilangkan bib’ah, khurrafat, kemusyrikan dan kekafiran, sehingga barokah Allah tidak turun. Penyebabnya tiada lain, al-Qur’an sekedar dijadikan bacaan saja, bukan kajian yang ingin memahami isi dan mengamalkannya, sedangkan al-Qur’an itu hudan atau petunjuk yang harus diamalkan isinya. Pada umum.nya cukup hanya membaca dzikir sambil ngantuk dan geleng-geleng kepala, dzikir itu mengingat peringatan Allah dalam al-Qur’an. Qs. Al-Hijr (15:9)

إِنّا نَحنُ نَزَّلنَا الذِّكرَ وَإِنّا لَهُ لَحٰفِظونَ

“ Sesungguhnya  Kami-lah yang menurunkan  Addzikru (Al- Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”

Qs. (33:34).                                                                                                                                          وَاذكُرنَ ما يُتلىٰ فى بُيوتِكُنَّ مِن ءايٰتِ اللَّهِ وَالحِكمَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كانَ لَطيفًا خَبيرًا  

“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan Hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha lembut lagi Maha mengetahui”.

Bersambung ………

Ikuti KAJIAN TAFSIRnya DI HARI JUM’AT MALAM & SABTU PAGI di

MAJLIS TA’LIM “ASY-SYAFI’I”

Jl. Pekarungan Panjunan Cirebon Telp. (0231) 203854 HP. 082116222138

 

 

 

hijrah1

EDISI 026

Pengasuh   : Prof.DR.H.Salim Bajri

assaalamuallaikum wr wb,..

Orang-orang jahiliyah sebelum memeluk Islam, menganggap bahwa Allah swt mempunyai agen-agen di bumi untuk menghubungkannya dikala hamba-Nya beribadah atau berdoa. Kalau istilah sekarang adalah ajudan, jadi Allah disamakan dengan Presiden mempunyai ajudan, orang tidak bisa langsung, tapi harus melalui ajudan terlebih dahulu. Karenanya sebelum Islam terpampang ± 360 patung di atas Ka’bah merupakan realisasi ruh-ruh orang sholeh yang telah meninggal, setiap kaum mempunyai nama-nama ruh orang sholeh yang telah meninggal, apabila berdoa atau ibadah harus melalui ajudan-ajudan tersebut. Hal semacam ini dianggap wajar, namanya juga jahiliyah (orang-orang bersifat bodoh). Sehingga setelah nabi Muhamad saw diutus menjadi rasul dan telah membawa wahyu Ilahi, mereka pun berani memerintah Nabi menyembah Tuhan-tuhan mereka. Walaupun mereka sudah mengenal wahyu Ilahi, tapi mereka menganggap ajaran nenek moyang lebih akurat dan lebih benar. Ini bahayanya orang yang suka mengamalkan tradisi-tradisi, dipeluk syaithan dan sukar keluar. Qs. Azzumar (39: 64-65-66)

          قُل أَفَغَيرَ اللَّهِ تَأمُرونّى أَعبُدُ أَيُّهَا الجٰهِلونَ            ٦٤

    وَلَقَد أوحِىَ إِلَيكَ وَإِلَى الَّذينَ مِن قَبلِكَ لَئِن أَشرَكتَ لَيَحبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكونَنَّ مِنَ الخٰسِرينَ   ٦٥

بَلِ اللَّهَ فَاعبُد وَكُن مِنَ الشّٰكِرينَ     ٦٦ 

Katakanlah hai Muhammad: “Maka Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang jahiliyyah?”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”.

Orang-orang jahiliyah pada saat itu memerintah nabi Muhammad saw untuk menyembah dan berdoa melalui patung-patung tersebut. Karena, itu peninggalan nenek moyang dianggap pasti baik, dan mereka bertanya kepada Nabi, apakah nenek moyangmu dianggap sesat? Inilah Asbabunnuzul turunnya ayat tersebut, karena pertanyaan kafir Qurasy kepada Nabi “Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam kitabnya ad-Dalaail, yang bersumber dari al Hasan al-Bashri”.

Memang nenek moyang dianggap sesat kalau meninggalkan amalan-amalan dari hawa napsu maupun tradisi-tradisi dan bukan dari wahyu Ilahi maupun hadits Rasul. Allah swt memperingatkan Nabi, hati-hati kamu telah diberi wahyu, ikuti wahyu dan ikuti pelajaran Nabi-nabi sebelum kamu. Kalau kamu mengikuti mereka (kafir qurasy) kamu akan musyrik dan semua amalmu akan sirna. Karenanya waktu Nabi Muhammad menerima wahyu berupa Alqur’an 30 Juz, tidak ada satu ayatpun, perintah dari Allah untuk berdoa melalui ruh kakeknya Nabi Ibrahim as maupun ruh-ruh nabi lainnya. Padahal ruh nabi Ibrahim dan ruh para nabi lainnya, berada disisi Allah dan dijamin ahli surga, ini sangat akurat sekali, tapi Allah tidak memerintahkannya. Adapun yang lain siapapun orangnya belum pasti, karena yang mampu menilai hati seseorang baik tidaknya hanya Allah, kita manusia hanya bisa praduga dari luar, dan tidak bisa memastikan. Adapun surat Al Maidah ayat 35, menurut Imam Al Baidhowi di dalam kitabnya tafsir Al Baidhowi, Jilid I, halaman 265.

ياايها الذين آمنوا اتقواالله وابتغوا إليه الوسيلة: آي ماتتوسلون به الى ثوابه والزلفى منه فعل الطاعات 

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, carilah jalan (sebab) yang mendekatkan diri kepada Allah,   hendaklah kamu mencari wasilah (sebabsebab) berbagai ibadah agar memperoleh taqwa serta pahala agar menjadi dekat kepada Allah, dengan jalan agar taat kepada semua perintahNya dan menjauhkan semua larangan-Nya.”

Boleh mengikuti amalan-amalan Nabi sebelumnya tapi Allah berikan dalilnya dalam Al-qur’an, walaupun Nabi, tidak sekehendak hawa napsunya. Kalau Nabi mempunyai pendapat keagamaan diungkapkan dalam hadits, tetap dalam bimbingan wahyu Ilahi. Qs. Annajem (53: 3-4)

                                ( وَما يَنطِقُ عَنِ الهَوىٰ      ﴿٣﴾    إِن هُوَ إِلّا وَحىٌ يوحىٰ      ﴿٤

(3) dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. (4)Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),

Memang pada umumnya manusia suka mengikuti selera hawa napsu, walaupun itu merupakan praduga, sehingga kebanyakan manusia terjerumus ke lembah kefasikan, karena mengikuti hawa napsu dan meninggalkan bimbingan wahyu Ilahi. Qs. Annajem (53: 19-20-21-22-23)

أَفَرَءَيتُمُ اللّٰتَ وَالعُزّىٰ ﴿١٩﴾ وَمَنوٰةَ الثّالِثَةَ الأُخرىٰ ﴿٢٠﴾ أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأُنثىٰ ﴿٢١﴾ تِلكَ إِذًا قِسمَةٌ ضيزىٰ ﴿٢٢﴾ إِن هِىَ

إِلّا أَسماءٌ سَمَّيتُموها أَنتُم وَءاباؤُكُم ما أَنزَلَ اللَّهُ بِها مِن سُلطٰنٍ ۚ إِن يَتَّبِعونَ إِلَّا الظَّنَّ وَما تَهوَى الأَنفُسُ ۖ وَلَقَد جاءَهُم مِن

(رَبِّهِمُ الهُدىٰ﴿٢٣

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap al Lata dan al Uzza, dan Manat  yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah?. Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?.Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka”.

Bersambung ………

Ikuti KAJIAN TAFSIRnya DI HARI JUM’AT MALAM & SABTU PAGI di

MAJLIS TA’LIM “ASY-SYAFI’I”

Jl. Pekarungan Panjunan Cirebon Telp. (0231) 203854 HP. 082116222138

   

EDISI 25

Oleh : Prof.DR.H.Salim Bajri

moyang

assalamuallaikum warrahmatullahi wabarrakatuh..

Kaum musyrik Mekkah yang diberi predikat kaum jahiliyah, yang berarti orang-orang yang bersifat bodoh, bukan bodoh dari ilmu pengetahuan, tetapi bodoh dari yang haq (wahyu Ilahi). Karena amalan mereka penuh dengan bid’ah, khurafat kemusyrikan, dan juga berbagai bentuk kemaksiatan. Kalau memperhatikan sikapnya yang terdapat di surat Azzumar ayat 3 yang telah dimuat pada edisi 023, nampaknya mereka sangat tawadhu dan selalu ingin dekat dengan Allah. Berarti mereka mencintai Allah, tetapi pada saat itu sudah tidak ada lagi wahyu Ilahi untuk menjadi pembimbingnya sebagai hidayatullah. Karenanya satu-satunya yang menjadi rujuknya hawa napsu dan tradisi nenek moyang, sehingga peribadinya terbentuk  mendarah daging dengan sifat tersebut. Maka dikala Nabi Muhammad saw diutus menjadi Rasul, mengajak mereka dengan membawa firman-firman Allah, dengan tegas mereka menolak Qs. Lukman (31:21).

وَإِذا قيلَ لَهُمُ اتَّبِعوا ما أَنزَلَ اللَّهُ قالوا بَل نَتَّبِعُ ما وَجَدنا عَلَيهِ ءاباءَنا ۚ أَوَلَو كانَ الشَّيطٰنُ يَدعوهُم إِلىٰ عَذابِ السَّعيرِ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. mereka menjawab: “(Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya”. dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?”

Seharusnya mereka menerima dengan gembira dan senang, karena mereka sudah mengenal Allah dan mencintai-Nya. Tetapi malah sebaliknya menolak dengan keras sambil mengatakan cukup yang kami peroleh dari nenek moyang kami. Akibat lamanya tenggelam dalam pengamalan tradisi, maka menjadi sangat sesat, karena menganggap nenek moyangnya lebih hebat dari Allah. Padahal nenek moyangnya telah berbuat musyrik dan sedang digiring syaithan untuk dijerumuskan ke neraka jahannam. Orang-orang yang sudah tenggelam dalam pengamalan-pengamalan tradisi semacam ini, kalau diperingatkan dengan ayat-ayat Allah, merasa tidak senang dan tersinggung. Bahkan merasa ketenangannya diusik, sehingga menimbulkan emosi dan menolak ayat-ayat Allah dengan sombong, tanpa disadari dirinya telah dikuasai syaithan Qs. Lukman (31:7).

وَإِذا تُتلىٰ عَلَيهِ ءايٰتُنا وَلّىٰ مُستَكبِرًا كَأَن لَم يَسمَعها كَأَنَّ فى أُذُنَيهِ وَقرًا ۖ فَبَشِّرهُ بِعَذابٍ أَليمٍ

“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah Dia dengan azab yang pedih”.

Ini hebatnya gerakan syaithan, walaupun semula orang mencintai Allah, tapi hawa napsunya digiring agar mau mengamalkan amalan-amalan tradisi yang bukan ajaran dari Allah, bahkan bertentangan dengan ajaran Allah. Ketika ajaran Allah disampaikan kepadanya, tidak menyukainya, walaupun masih mencintai Allah. Hal semacam ini tak ubahnya seperti seorang anak bersalaman kepada kedua orang tuanya pagi, sore, tapi nasihatnya tidak pernah digubris. Karenanya pesan Allah, jadilah seorang muslim yang patuh sepenuhnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Qs. Al-Baqarah (2:208).

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Jangan memberi celah sedikitpun kepada syaithan, nanti berkelanjutan, sehingga terjerumus ke lembah kesesatan menjadi musyrik. Jangan mengambil resiko, hidup didunia hanya sekali, mati bukan experiment dan tidak ada her. Karenanya mempersiapkan hari akhirat harus serius, patuh benar-benar kepada Allah dan Rasul agar tidak gagal di akhirat dan tidak menyesal. Karena yang gagal di akhirat, menjerit-jerit minta dikembalikan ke dunia untuk memperbaiki amal-amalnya ssuai perintah Allah dan Rasul, tetapi bagaimanapun tidak bisa dan tetap ditolak. Qs. Fathir (35: 37).

وَهُم يَصطَرِخونَ فيها رَبَّنا أَخرِجنا نَعمَل صٰلِحًا غَيرَ الَّذى كُنّا نَعمَلُ ۚ أَوَلَم نُعَمِّركُم ما يَتَذَكَّرُ فيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجاءَكُمُ النَّذيرُ ۖ

فَذوقوا فَما لِلظّٰلِمينَ مِن نَصيرٍ

“Dan mereka berteriak-teriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Kata Allah: apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun”.

Bersambung ………

EDISI 21

muna

Oleh : Prof.DR.H.Salim Badjri

assalamuallaikum warrahmatullahi wabarrakatuh….

Sertiap manusia yang mengaku dirinya muslim, pasti ingin mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Keinginan semacam itu harus ditempuh secara maksimal, tidak bisa sekedar angan-angan belaka, apalagi hubungannya dengan hari akhirat yang kekal selamanya. Dalam menempuh jalan ini perlu menumbuhkan keyakinan yang sungguh-sungguh, karena yang berhubungan dengan hari akhirat bersifat abstrak, lain halnya dengan masalah keduniaan bersifat realistis dan nyata yang bisa langsung dirasakan dan dinikmati. Karenanya banyak manusia muslim yang patah dalam perjalanan dunia, tidak bisa melanjutkan harapan dan cita-citanya untuk memperoleh kebahagiaan dan keselamatan di akhirat. Sehingga waktu yang berharga dan terbatas, habis dengan masalah keduniaan, akhirnya lupa dengan hari akhirat.

Qs : 6:44.

فَلَمّا نَسوا ما ذُكِّروا بِهِ فَتَحنا عَلَيهِم أَبوٰبَ كُلِّ شَيءٍ حَتّىٰ إِذا فَرِحوا بِما أوتوا أَخَذنٰهُم بَغتَةً فَإِذا هُم

مُبلِسونَ

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” 

Kebiasaan manusia kalau sudah lupa kepada hari akhirat lupa kepada Allah, akhirnya banyak melanggar larangaNya. Tetapi Allah mengulurnya, dikabulkan semua keinginannya di dunia sehingga bersenang-senang dan bersukaria dengan berbagai kenikmatan dunia. Karena itu banyak manusia yang suka lupa meminta-minta kepada selain Allah, apakah kepada jimat-jimat, dukun-dukun, kuburan-kuburan yang dianggap keramat, Allah memberi saja kemauanya, ,karena mereka sedang diuji, bahkan diulur oleh Allah, sampai kemana maunya. Dikala mereka merasa senang karena cita-citanya berhasil, maka Allah timpakan azab dengan seketika, apakah terkena serangan jantung, tensi naik, menyebabkan setruk, gagal ginjal harus cuci darah, terkena penyakit kanker, atau terkena bencana dlsb. Ini baru azab dunia, nanti di akhirat lebih parah lagi. Karena yang bersangkutan seorang muslim, sudah berjanji kepada Allah pada setiap raka’at dalam shalat, dikala membaca al Fatihah.

Muslim yang mengingkari janji semacam ini menjadi fasik, kalau tidak segera bertaubat, berlanjut menjadi munafiq, dan Allah sangat murka. Pertama ingkar janji, menjadi munafiq. Kedua minta-minta kepada selain Allah, menjadi musyrik.

Qs. 33:73.

لِيُعَذِّبَ اللَّهُ المُنٰفِقينَ وَالمُنٰفِقٰتِ وَالمُشرِكينَ وَالمُشرِكٰتِ وَيَتوبَ اللَّهُ عَلَى المُؤمِنينَ وَالمُؤمِنٰتِ ۗ وَكانَ اللَّهُ

غَفورًا رَحيمًا

“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

 Karenanya sebagai muslim, agar tidak lupa kepada tujuan pokok, hari akhirat , harus senantiasa membaca al-Qur’an dengan terjemah, karena al Qur’an itu hudan (petunjuk), karenanya perlu dengan terjemah agar kita bisa memahami artinya dan mengamalkan isinya. Bagi yang tidak minat kepada ayat-ayat Allah, berarti mengkufurinya, maka Allah akan menutup mata hatinya, telinganya dan pandangan matanya, sehingga selamanya tidak bisa lagi menerima hidayah. Maka yang bersangkutan menjadi munafik, kerjanya suka memutar balikan ayat-ayat Allah dan hadits Rasul untuk memperoleh materi keduniaan. Sifatnya berpura-pura menjadi orang beriman, mau menipu Allah, dan orang beriman, padahal menipu dirinya sendiri, karena Allah maha tahu. Orang semacam ini kata Allah, hatinya berpenyakit, kalau tidak segera bertoubat, penyakit hatinya ditambah lagi oleh Allah dan kelak akan menerima siksa yang pedih, karena selalu bergumul dengan syaithan.

Qs. 2:7,8,9,10.

ذٰلِكَ الكِتٰبُ لا رَيبَ ۛ فيهِ ۛ هُدًى لِلمُتَّقينَ ﴿٢﴾ الَّذينَ يُؤمِنونَ بِالغَيبِ وَيُقيمونَ الصَّلوٰةَ وَمِمّا رَزَقنٰهُم يُنفِقونَ ﴿٣﴾ وَالَّذينَ يُؤمِنونَ بِما أُنزِلَ إِلَيكَ وَما أُنزِلَ مِن قَبلِكَ وَبِالءاخِرَةِ هُم يوقِنونَ ﴿٤﴾ أُولٰئِكَ عَلىٰ هُدًى مِن رَبِّهِم ۖ وَأُولٰئِكَ هُمُ المُفلِحونَ ﴿٥﴾ إِنَّ الَّذينَ كَفَروا سَواءٌ عَلَيهِم ءَأَنذَرتَهُم أَم لَم تُنذِرهُم لا يُؤمِنونَ ﴿٦﴾ خَتَمَ اللَّهُ عَلىٰ قُلوبِهِم وَعَلىٰ سَمعِهِم ۖ وَعَلىٰ أَبصٰرِهِم غِشٰوَةٌ ۖ وَلَهُم عَذابٌ عَظيمٌ ﴿٧﴾ وَمِنَ النّاسِ مَن يَقولُ ءامَنّا بِاللَّهِ وَبِاليَومِ الءاخِرِ وَما هُم بِمُؤمِنينَ ﴿٨﴾ يُخٰدِعونَ اللَّهَ وَالَّذينَ ءامَنوا وَما يَخدَعونَ إِلّا أَنفُسَهُم وَما يَشعُرونَ ﴿٩﴾ فى قُلوبِهِم مَرَضٌ فَزادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُم عَذابٌ أَليمٌ بِما كانوا يَكذِبونَ ﴿١٠﴾

“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat. Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”

Bersambung…….

Prof.DR.H.Salim Badjri

EDISI 22

Oleh : Prof.DR.H.Salim Badjri

taqlid-buta

assalamuallaikum warrahmatullahi wabarakatuh….

Kalau memperhatikan firman Allah surat Al-A’raf ayat 102 sebagaimana yang telah dimuat pada edisi 020, kebanyakan manusia adalah fasik. Berarti hawa nafsu lebih dominan menguasai setiap diri manusia dari pada fitroh (nurani). Kedua unsur hawa nafsu dan fitrah (nurani) butuh masukan, tetapi yang banyak menerima masukan adalah hawa nafsu dari berbagai aktifitas keduniaan. Sedangkan fitroh (cikal bakal menjadi iman) masukannya perlu wahyu Ilahi, tapi jarang sekali manusia memberi masukan dengan mengkaji wahyu Ilahi (al-Qur’an). Akibatnya kiprah manusia selalu mengikuti dan patuh menurut kehendak hawa nafsu sehingga nampaknya tidak ada perbedaan tindakan dan perilaku antara orang yang fasik dengan kafir. Sama-sama tidak takut ancaman Allah, sehingga ada yang mengaku-ngaku menjadi orang pintar, mengetahui nasib seseorang, bahkan seolah-olah mengetahui nasib masa depannya seseorang. Jelas-jelas perbuatan semacam ini adalah perbuatan yang dimurkai Allah, kiranya tidak dicampur adukan dengan ke Islaman agama Allah yang suci. Karena masalah yang ghaib, jangan lagi manusia biasa, nabipun tidak mengetahuinya, hanya Allah saja.

Allah swt berfirman dalam  QS. Al-A’raf (7 : 188)

قُل لا أَملِكُ لِنَفسى نَفعًا وَلا ضَرًّا إِلّا ما شاءَ اللَّهُ ۚ وَلَو كُنتُ أَعلَمُ الغَيبَ لَاستَكثَرتُ مِنَ الخَيرِ وَما مَسَّنِىَ

السّوءُ ۚ إِن أَنا۠ إِلّا نَذيرٌ وَبَشيرٌ لِقَومٍ يُؤمِنونَ

 “Katakanlah hai Muhammad : “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.

Yang jelas nabi yang menerima wahyu dari langit tidak mengetahui yang ghaib, kecuali diberi tahu oleh Allah. Bagaimana kalau ada yang mengaku-ngaku mengetahui yang ghaib, berarti lebih hebat dari nabi. Kalau masih ada orang semacam ini, berarti orang itu menjadi kacungnya hawa nafsu dan sedang dininabobokan oleh syaithan. Karena perbuatan semacam itu tiada lain, hanya mengharapkan materi kehidupan dunia, tanpa memperhatikan resiko siksa di akhirat kelak. Kalau yang bersangkutan sadar dan tidak diperdaya oleh syaithan, pasti untuk memperoleh materi keduniaan, akan memilih yang lain, yang tidak mengandung resiko tinggi di akhirat, perbuatan semacam ini berarti berbuat dusta terhadap Allah

Allah swtt berfirman dalam Qs. Al-An’am (6:93)

وَمَن أَظلَمُ مِمَّنِ افتَرىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَو قالَ أوحِىَ إِلَىَّ وَلَم يوحَ إِلَيهِ شَيءٌ وَمَن قالَ سَأُنزِلُ مِثلَ ما أَنزَلَ

اللَّهُ ۗ وَلَو تَرىٰ إِذِ الظّٰلِمونَ فى غَمَرٰتِ المَوتِ وَالمَلٰئِكَةُ باسِطوا أَيديهِم أَخرِجوا أَنفُسَكُمُ ۖ اليَومَ تُجزَونَ

عَذابَ الهونِ بِما كُنتُم تَقولونَ عَلَى اللَّهِ غَيرَ الحَقِّ وَكُنتُم عَن ءايٰتِهِ تَستَكبِرونَ

 “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, Padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah dahsyatnya Sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang Para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya”.

Orang yang mengaku-ngaku mengetahui yang ghaib, dirinya merasa mendapat keistimewaan dari Allah, atau mendapat wahyu, pada hal perasaan semacam ini, tiada lain bisikan dari syaithan. Karenanya Allah sangat murka, dan Malaikat mautpun bertindak sadis, dikala mencabut nyawanya, karena yang bersangkutan telah berbuat dusta terhadap Allah, dan lupa akan peringatan Allah dalam Al-Qur’an. Yang jelas banyak manusia muslim yang berbuat semacam ini terjerumus menjadi fasik, karena tidak pernah mengkaji Al-qur’an. Bahkan banyak mempengaruhi pengikut (jamaahnya) seolah-olah akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka guru dan pengikutnya sama-sama menjadi musyrik diancam di neraka jahannam selama-lamanya. Allah SWT gambarkan dalam alqur’an, orang semacam ini akan dituntut oleh pengikutnya di akhirat.

Kata Allah dalam Qs. Al-Mu’min (40: 47-48-49-50) :

وَإِذ يَتَحاجّونَ فِى النّارِ فَيَقولُ الضُّعَفٰؤُا۟ لِلَّذينَ استَكبَروا إِنّا كُنّا لَكُم تَبَعًا فَهَل أَنتُم مُغنونَ عَنّا نَصيبًا مِنَ

النّارِ    ٤٧

 (47) “Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “”Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?”””

قالَ الَّذينَ استَكبَروا إِنّا كُلٌّ فيها إِنَّ اللَّهَ قَد حَكَمَ بَينَ العِبادِ    ٤٨

 (48) “Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: “”Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba- (Nya)””.”

وَقالَ الَّذينَ فِى النّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ادعوا رَبَّكُم يُخَفِّف عَنّا يَومًا مِنَ العَذابِ   ٤٩

 (49) “Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam: “”Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari””.”

قالوا أَوَلَم تَكُ تَأتيكُم رُسُلُكُم بِالبَيِّنٰتِ ۖ قالوا بَلىٰ ۚ قالوا فَادعوا ۗ وَما دُعٰؤُا۟ الكٰفِرينَ إِلّا فى ضَلٰلٍ   ٥٠

50) “Penjaga Jahanam berkata: “”Dan apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?”” Mereka menjawab: “”Benar, sudah datang””. Penjaga-penjaga Jahanam berkata: “”Berdoalah kamu””. Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.”

Bersambung……

EDISI 23

Oleh : Prof.DR.H.Salim Badri

 

assalamuallaikum warrahmatullahi wabarrakatuh…

Umat Islam harus bersyukur Kepada Allah swt, yang telah memberikan bimbingan melalui wahyuNya dalam al Qur’an, sejak 14 abad yang lalu sampai sekarang maasih asli, bahkan sampai hari qiamat. Sehingga umat Islam tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan upacara ibadah maupun berdo’a, karena kalau mencari sesuatu tidak terdapat dalam al Qur’an, disediakan dalam hadits Nabi saw yang shahih. Lain halnya orang-orang kafir quraisy, mereka sudah mengenal Allah, ayahnya Nabi Muhammad, namanya Abdullah (hamba Allah), tetapi karena tidak ada bimbingan wahyu Ilahi, mengalami kesulitan dikala mau melaksanakan Ibadah atau berdo’a, tidak tahu bagaimana caranya mendekatkan diri kepada Allah. Sehimgga harus mencari dan melalui nama ruh-ruh orang sholeh yang telah meninggal, diwujudkan dalam bentuk patung-patung yang diletakan diatas ka’bah, ada yang bernama Lata, Uzza, Manat, Hubal, dlsb. Maksud mereka mewujudkan dalam bentuk patung agar bisa konsentrasi. Mereka tidak memahami nyambat ruh-ruh itu hukumnya musyrik.

Allah swt berfirman dalam Qs. Azzumar (39:3).

أَلا لِلَّهِ الدّينُ الخالِصُ ۚ وَالَّذينَ اتَّخَذوا مِن دونِهِ أَولِياءَ ما نَعبُدُهُم إِلّا لِيُقَرِّبونا إِلَى اللَّهِ زُلفىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحكُمُ

بَينَهُم فى ما هُم فيهِ يَختَلِفونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لا يَهدى مَن هُوَ كٰذِبٌ كَفّارٌ

 “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”.

Orang-orang musyrik Mekah, jelas-jelas mengatakan, kami tidak menyembah atau berdo’a meminta-minta kepada patung-patung ini, tetapi ini kami jadikan sebagai perantara untuk mendekatkan kami dengan Allah. Mereka tidak mengetahui perbuatan semacam ini hukumnya musyrik. Bagi umat Islam sejak diutusnya Nabi saw, dan telah turunnya wahyu Ilahi, tidak ada kesulitan, baik mau beribadah maupun berdo’a, tidak usah mencari-cari ruh-ruh orang-orang sholeh yang telah meninggal untuk menjadi perantara. Karena Allah swt telah memerintahkan dalam al Qur’an, agar langsung saja tanpa melalui perantara.

Allah swt berfirman dalam Qs. Al Baqarah (2:186).

إِذا سَأَلَكَ عِبادى عَنّى فَإِنّى قَريبٌ ۖ أُجيبُ دَعوَةَ الدّاعِ إِذا دَعانِ ۖ فَليَستَجيبوا لى وَليُؤمِنوا بى لَعَلَّهُم

يَرشُدونَ

 “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

“Dan Tuhanmu berfirman:”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku kabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (tidak patuh padaKu) akan dimasukan neraka Jahannam dalam Keadaan hina”

Amal-amalan kafir quraisy yang terbiasa apabila berdo’a kepada Allah mencari perantara ruh-ruh orang sholeh dengan tujuan untuk mendekatkannya hukumnya musyrik. Karenanya Allah abadikan dalam al-Quran agar umat Islam tidak dibujuk syaithan untuk berbuat musyrik semacam itu. Orang-orang yang terjerumus kepada kemusyrikan, maka menjadi kafir yang akan direndam dalam neraka jahannam selama-lamanya. Orang-orang yang terjerumus kelak di akhirat dikala dihadapkan kepada Allah, saling berdebat antara jamaah dan tokohnya.

Dalam Qs. Saba (34:31-32-33):

وَقالَ الَّذينَ كَفَروا لَن نُؤمِنَ بِهٰذَا القُرءانِ وَلا بِالَّذى بَينَ يَدَيهِ ۗ وَلَو تَرىٰ إِذِ الظّٰلِمونَ مَوقوفونَ عِندَ

رَبِّهِم يَرجِعُ بَعضُهُم إِلىٰ بَعضٍ القَولَ يَقولُ الَّذينَ استُضعِفوا لِلَّذينَ استَكبَروا لَولا أَنتُم لَكُنّا مُؤمِنينَ

 قالَ الَّذينَ استَكبَروا لِلَّذينَ استُضعِفوا أَنَحنُ صَدَدنٰكُم عَنِ الهُدىٰ بَعدَ إِذ جاءَكُم ۖ بَل كُنتُم مُجرِمينَ

وَقالَ الَّذينَ استُضعِفوا لِلَّذينَ استَكبَروا بَل مَكرُ الَّيلِ وَالنَّهارِ إِذ تَأمُرونَنا أَن نَكفُرَ بِاللَّهِ وَنَجعَلَ لَهُ أَندادًا ۚ

وَأَسَرُّوا النَّدامَةَ لَمّا رَأَوُا

العَذابَ وَجَعَلنَا الأَغلٰلَ فى أَعناقِ الَّذينَ كَفَروا ۚ هَل يُجزَونَ إِلّا ما كانوا يَعمَلونَ

.”Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. dan (alangkah hebatnya) kalau kamu meihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Allah, sebahagian dari mereka menyampaikan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah (murid) berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri (guru): “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa. Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya”. kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

Bersambung….

 

EDISI 24

Oleh : Prof.DR.H.Salim Badjri

assalamuallaikum warrahmatulllahi wabarrakatuh….

jalanOrang-orang ahlul kitab Yahudi dan Nashrani, selagi kitab sucinya Taurat dan Injil masih asli, mereka digolongkan orang-orang beriman dan taqwa, karena mental dan jiwa mereka dibina dan dibimbing oleh wahyu Ilahi. Tetapi setelah kitab Taurat dan Injil, rusak dan tidak asli lagi, mereka kebingungan mencari yang haq, sehingga keluar watak dan sifat hawa napsu negative dan dijerumuskan syaithan kearah kesesatan. Yang semula digolongkan beriman dan taqwa, berubah menjadi fasik, karena terlepas dari bimbingan wahyu Ilahi. Keinginan dekat dengan Tuhannya masih ada, tapi sudah tidak tahu lagi caranya. Sehingga orang-orang Yahudi mengangkat Uzair, menjadi anak Tuhan, dan Nashrani juga mengangkat Nabi Isa sebagai anak Tuhan dan kekasihNya. Qs. Al-Maidah (5:18).

وَقالَتِ اليَهودُ وَالنَّصٰرىٰ نَحنُ أَبنٰؤُا۟ اللَّهِ وَأَحِبّٰؤُهُ ۚ قُل فَلِمَ يُعَذِّبُكُم بِذُنوبِكُم ۖ بَل أَنتُم بَشَرٌ مِمَّن خَلَقَ ۚ يَغفِرُ

لِمَن يَشاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشاءُ ۚ وَلِلَّهِ مُلكُ السَّمٰوٰتِ وَالأَرضِ وَما بَينَهُما ۖ وَإِلَيهِ المَصيرُ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “”Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya””. Katakanlah: “”Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?”” (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).”

 Mereka menganggap ruh-ruh ini dekat dengan Tuhan dan bisa mendekatkannya, karena dikala beribadah maupun berdoa harus melalui ruh-ruh anak Tuhan tersebut. Inilah penyimpangan aqidah dan ibadah yang dilakukan ahlul kitab Yahudi dan Nashrani, selanjutnya digiring oleh syaethan agar selalu berbuat bid’ah, khurafat dan kemusyrikan. Walaupun sandaranya ruh nabinya, tapi Allah murka, karena perbuatan semacam ini sesat dan menyesatkan, sehingga Allah swt menegur dan memperingatkan.

Qs. Al Maidah (5:77).

قُل يٰأَهلَ الكِتٰبِ لا تَغلوا فى دينِكُم غَيرَ الحَقِّ وَلا تَتَّبِعوا أَهواءَ قَومٍ قَد ضَلّوا مِن قَبلُ وَأَضَلّوا كَثيرًا

وَضَلّوا عَن سَواءِ السَّبيلِ

“Katakanlah: “Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”

Maka Allah swt memperingatkan umat Islam, jangan menjadi seperti Yahudi dan Nashrani melupakan bimbingan wahyu Ilahi. Agar tetap senantiasa mengkaji isi al-Qur’an, merupakan hudan (petunjuk) agar tidak digiring selera hawa napsu mencari perantara-perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena al Qur’an dan Hadits yang shohih sudah cukup lengkap merupakan petunjuk Ilahiyyah.

Qs. Al-Hadid (57 : 16).

أَلَم يَأنِ لِلَّذينَ ءامَنوا أَن تَخشَعَ قُلوبُهُم لِذِكرِ اللَّهِ وَما نَزَلَ مِنَ الحَقِّ وَلا يَكونوا كَالَّذينَ أوتُوا الكِتٰبَ مِن

قَبلُ فَطالَ عَلَيهِمُ الأَمَدُ فَقَسَت قُلوبُهُم ۖ وَكَثيرٌ مِنهُم فٰسِقونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Padahal sebelumnya Allah telah mengambil janji kesaksiyan dan kesetiaan dari ahlul kitab Yahudi dan Nasrani, masalah tauhid (keesaan Allah), tetapi mereka mengingkari dan membatalkannya. Maka Allah mengutuknya dan membuat hati mereka membatu, suka bertindak atas nama agama, hanya menurut hawa napsunya, bukan dari dalil Ilahi. Sifat mereka suka berkhianat dan melupakan peringatan kitab sucinya, bahkan kitab sucinya tidak dijadikan rujukan, rujukannya hanya selera hawa napsu dan tradisi-tradisi. Inilah hebatnya gerakan syaithan sejak dahulu sampai sekarang, suka menggoyah iman seseorang dengan berbagai cara. Maka Allah murka, kalau hamba-Nya sudah tidak lagi mengikuti bimbingan-Nya. Maka Allah mengutuknya dengan jalan menimbulkan permusuhan dan kebencian sesamanya sampai hari qiamat. Hal semacam ini dikhawatirkan menimpa umat Islam, apabila umat Islam sudah mulai meninggalkan bimbingan wahyu Ilahi dan mengambil bimbingan selera hawa napsu dan tradisi-tradisi

Qs. Al-Maidah (5: 13-14).

يَومَ يَقولُ المُنٰفِقونَ وَالمُنٰفِقٰتُ لِلَّذينَ ءامَنُوا انظُرونا نَقتَبِس مِن نورِكُم قيلَ ارجِعوا وَراءَكُم فَالتَمِسوا

نورًا فَضُرِبَ بَينَهُم بِسورٍ لَهُ بابٌ باطِنُهُ فيهِ الرَّحمَةُ وَظٰهِرُهُ مِن قِبَلِهِ العَذابُ

يُنادونَهُم أَلَم نَكُن مَعَكُم ۖ قالوا بَلىٰ وَلٰكِنَّكُم فَتَنتُم أَنفُسَكُم وَتَرَبَّصتُم وَارتَبتُم وَغَرَّتكُمُ الأَمانِىُّ حَتّىٰ جاءَ أَمرُ

اللَّهِ وَغَرَّكُم بِاللَّهِ الغَرورُ

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Dan diantara orang-orang yang mengatakan:”Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani”, ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; Maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.”

Bersambung ……